Haris Samsuddin, S.Sos.,M.AP
Salah satu permasalahan yang sampai sekarang masih belum terpecahkan di tanah Papua–teristimewa di wilayah Kabupaten Pegunungan Bintang (Pegubin)–adalah pendidikan.
Sudah hampir dua dasawarsa kebijakan otonomi khusus (otsus) bergulir di Papua, sejak pertama kali diberlakukan pada 2001 silam, namun masalah pendidikan ini belum juga terjawab.
Banyak pihak akhirnya mempertanyakan mengenai manfaat otsus bagi pembangunan sumber daya manusia di daerah berjuluk ‘Mutiara Hitam’ ini.
Tentu harus diakui bahwa masalah pendidikan bukanlah perkara sederhana yang saat ini terjadi di Papua. Kendati demikian, peran kepala daerah dalam menjawab tantangan ini menjadi salah satu kunci yang patut diberi atensi.
Sebab, biar bagaimanapun, seorang kepala daerah, baik itu bupati, wali kota atau gubernur, tetap memiliki peran penting dalam merancang program dan kebijakan yang baik dan tepat untuk kemajuan sektor pendidikan.
Peran strategis kepala daerah ini salah satunya terletak pada keistimewaan yang dimiliki, baik itu karena sebagai penguasa anggaran daerah juga karena yang bersangkutan memiliki sejumlah akses dan keluwesan untuk menggerakkan seluruh sumber daya yang ada.
Dengan begitu, seorang kepala daerah yang punya komitmen tinggi memajukan daerahnya akan menggunakan seluruh kesempatan yang dimiliki–mencakup kekuasaan dan kewenangan–demi kepentingan yang jauh lebih besar melampaui kepentingan dirinya ataupun kelompoknya semata.
Dan, hal itulah yang kini ditunjukkan bupati Pegubin Spei Yan Bidana bersama wakilnya Kris Bakweng Uropmabin. Sebelum menjabat sebagai bupati, beliau memang telah menaruh perhatian besar terhadap isu pendidikan di daerahnya.
Namun, kesempatan itu baru benar-benar dimaksimalkan ketika dirinya terpilih sebagai bupati. Setelah mendapat kepercayaan itu, bupati Spei pun tidak menunggu lama untuk mewujudkan cita-citanya memajukan pendidikan di wilayah Pegubin dan Papua.
Pendirian Kampus UOP Wujudkan Mimpi Bupati
Komitmen mendorong kebangkitan pendidikan di Pegubin ini dibuktikan bupati Spei dengan melakukan gebrakan di 100 hari pertama masa kepemimpinannya pasca dilantik. Adapun salah satu gebrakan besar yang dilakukan yakni mendirikan perguruan tinggi Universitas Okmin Papua (UOP).
Langkah ini dilakukan Bupati Spei setelah sebelumnya ia mengritik kebijakan pendidikan dengan mengirim putra-putri Papua untuk melanjutkan pendidikan di luar Papua. Baginya, kebijakan itu merupakan sebuah langkah kurang tepat.
Ia berpandangan bahwa Papua sendiri sejatinya membutuhkan kesetaraan fasilitas pendidikan layaknya yang ada di daerah-daerah yang maju infrastruktur pendidikannya seperti di Jawa dan Sumatra.
Jadi, anggaran otsus yang begitu besar, seharusnya menurut Bupati Spei dimanfaatkan untuk membangun sebanyak mungkin sarana dan fasilitas penunjang pendidikan di tanah Papua, sehingga putra-putri terbaik Papua tidak perlu lagi menimba ilmu di luar, kalau saja di Papua sudah punya ketersediaan fasilitas pendidikan yang memadai.
Hitung-hitung, membangun sarana pendidikan yang jauh lebih baik sejak kini adalah bentuk investasi jangka panjang untuk memajukan kualitas pendidikan di Papua itu sendiri.
Bahkan, bila perlu, mindsetnya diubah, jika ingin menimba ilmu tidak perlu lagi ke Jawa atau lainnya, karena di Papua pun telah memiliki sejumlah fasilitas dan sarana penunjang pendidikan yang tidak kalah bagusnya dengan yang ada di wilayah-wilayah maju.
Alhasil, untuk mewujudkan sarana pendidikan berkualitas di Pegubin itu, langkah konkrit pertama yang diambil adalah merealisasikan pembangunan kampus UOP. Kampus ini pun akhirnya berdiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 344/E/O/2021 tertanggal 17 Agustus 2021 di bawah Yayasan Pendidikan Okmin Papua.
Spei berharap, kehadiran kampus UOP yang berlokasi di Kota Oksibil ini mampu menjadi solusi di tengah kehilangan harapan anak-anak muda Papua yang terpaksa tidak bisa melanjutkan studi karena kendala biaya dan masalah teknis lainnya.
Kampus UOP juga diharapkan menjadi awal kebangkitan Kabupaten Pegubin dalam mencetak SDM-SDM berkualitas. Sehingga, kelak merekalah yang akan mengemban tugas untuk menggerakkan mesin pembangunan di daerah tersebut.
Selain itu, kehadiran kampus UOP ini secara otomatis akan menciptakan sentra ekonomi baru di Pegubin, karena anggaran pendidikan yang begitu besar yang sebelumnya digunakan untuk pembiayaan mahasiswa untuk studi ke luar daerah, akan dialihkan dan dikonsentrasikan di kampus UOP. Sehingga uang akan terus berputar di Pegubin.
Sepintas ide tersebut merupakan ide yang sangat brilian, karena anggaran yang diperkirakan mencapai Rp 15 miliar setiap tahun untuk membiayai mahasiswa-mahasiswa Pegubin yang kuliah di luar daerah, baik itu untuk kebutuhan makan minum, tempat tinggal dan biaya pendidikan, akan jauh lebih bermanfaat jika dioptimalkan di daerah.
Dengan begitu, membangun kampus UOP di Oksibil tidak saja memulai sebuah era baru kebangkitan pendidikan di tanah Pegubin. Lebih dari itu, langkah ini termasuk sebuah jalan keluar yang cerdas dalam memanfaatkan kebijakan dana otsus untuk menggerakan sekaligus menghidupkan perekonomian di Papua itu sendiri.
Pembiayaan Studi Putra-Putri Terbaik Pegubin
Di samping mendirikan UOP, komitmen memajukan SDM Pegubin juga terlihat dari kebijakan bupati Spei dalam pembiayaan studi bagi ribuan pelajar dan mahasiswa yang sedang menjalani sekolah dan kuliah, baik di dalam maupun luar negeri.
Merujuk data yang ada, tercatat sedikitnya 2.330 mahasiswa asal Pegubin yang saat ini tengah dibiayai oleh pemerintah daerah dan sedang menjalani studi di sejumlah kampus di tanah Papua.
Berikutnya, terdapat 215 mahasiswa sarjana (S1) yang kini sedang melanjutkan studi di Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Ambon. Sementara untuk mahasiswa magister (S2) yang studi di Indonesia sebanyak 30 orang, mahasiswa S3 5 orang, dan yang studi di luar negeri untuk sarjana 10 orang, dan magister sebanyak 3 orang. Rata-rata mereka menyebar di berbagai kampus negeri dan swasta.
Sedangkan, di tingkat pelajar, terdapat 45 siswa saat ini sedang studi di Seminari Menengah St. Petrus Van Diepen Sorong, 50 siswa di Sekolah Anak Indonesia, Bogor, Sekolah Genius, Tangerang sebanyak 78 siswa, SMA St Yusuf, Bali 20 siswa, SMA Katolik, Tarakan-Kalimantan Utara 10 siswa dan juga 10 siswa yang menjalani studi di SMA Katolik-Medan, Sumatera Utara.
Untuk mendukung biaya pendidikan, Pemkab Pegunungan Bintang melalui BPSDM pada tahun 2021 menyiapkan anggaran sebesar Rp 26 miliar. Sementara tahun 2022 alokasi dana untuk bantuan studi bagi pelajar dan mahasiswa dinaikkanmenjadi Rp 30 miliar atau naik sebesar 15,4 persen.
Melihat besar dan tulusnya komitmen bupati Spei terhadap kebangkitan pendidikan di tanah Pegubin, semoga niat baik ini membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat di wilayah Pegubin dan Papua pada umumnya.